Bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain?
Aku mendapatkan buku ini dari Ayahku, yang datang mengunjungiku belum lama ini. Sebuah buku yang ia berikan agar aku dapat mengisi waktu luangku dengan tidak percuma.
Dari seorang penulis bernama Dale Carnegie, pada awalnya buku ini mungkin lebih berguna bagi siapapun yang hendak mempelajari atau memulai suatu usaha sejenis marketing, sehingga membutuhkan pengetahuan yang baik dan benar untuk berhadapan dengan seseorang, sehingga orang lain dapat tertarik berhubungan dengan kita.
Melihat judul buku ini, aku sudah bisa memperkirakan isi keseluruhan tulisan atau cerita yang dituangkan oleh Dale Carnegie. Aku sudah tidak asing dengan “Dale Carnegie” ini. Ah.. tentu saja. Manager di perusahaan tempat aku bekerja lah yang memperkenalkan aku. Bukan dengan orangnya tentu saja, tapi dengan sebuah kantor manajemen bernama “Dale Carnegie” dimana ia kerap mengikuti Training, Seminar dan semacamnya untuk hal-hal yang berbau manajemen bisnis. Ada banyak buku yang telah terbit dengan nama Dale Carnegie ini. Dan hampir kesemuanya yang pernah aku tau (walau belum pernah aku baca) adalah mengenai manajemen psikologis manusia, baik untuk personalitas maupun untuk bisnis.
Seperti halnya dengan buku “Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain”.
Sudah beberapa hari sejak ayahku kembali, malam hari selepas pulang kerja, aku sempatkan diri membuka lembaran buku itu.
Hanya dua halaman dan satu topik pembahasan yang aku baca, dan itupun aku ambil di halaman tengah. Karena atas dasar saran ayahku,
“mulailah baca buku dengan melihat judulnya terlebih dahulu. Pilih judul yang paling menarik menurut kamu, dan mulailah dari situ. Kalau memaksakan harus membaca dari awal, tidak akan berhasil buat kamu dan tidak akan membuat kamu merasa tertarik membacanya.”
ternyata ada kesan dan daya tarik yang sangat dalam dari dua halaman yang telah aku baca tadi. Sebuah tulisan yang sangat menarik…
Pada dasarnya, seluruh isi tulisannya hanyalah bersifat umum dan simpel. Namun siapa yang menyangka, ternyata terkadang kita justru tidak mengindahkan hal-hal yang umum dan simpel tersebut. Sedangkan dari hal umum dan sederhana itulah kita dapat memunculkan high quality personality kita dalam menghadapi orang lain.
Seperti contoh dalam pergaulan sehari-hari, apakah yang kita harapkan? Apakah kita ingin menjadi seseorang yang menyenangkan? Seorang pembicara yang baik?
Saya ambil contoh dari beberapa halaman yang sudah saya baca selanjutnya. Bagaimana seorang atasan bersikap atas kesalahan karyawannya.
Saya jarang sekali – hampir tidak pernah – menemukan seseorang yang seperti ini. Seseorang yang diceritakan oleh penulis ini adalah seorang atasan yang menemukan bawahan-bawahannya sedang asik merokok di sebuah koridor yang ditemboknya terdapat papan bertuliskan “Dilarang Merokok”.
Schwab, begitu nama sang atasan, dia sangat paham bahwa para bawahannya ini telah melanggar peraturan. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh Schwab, apakah dia dengan serta merta mendatangi mereka kemudian menunjuk ke papan tersebut sambil berkata “Apakah kalian tidak bisa membaca?” Dia hanya menghampiri orang-orang itu lalu memberikan kepada masing-masing mereka cerutu lalu mengatakan “Saya akan menghargai jika kalian merokok diluar”. Mereka sadar bahwa Schwab pasti tahu bahwa mereka telah melanggar peraturan, dan mereka mengaguminya dengan sikapnya itu.
Saya ragu, apakah saya bisa menjadi seperti orang itu, meskipun saya telah membaca buku ini dan paham betul bahwa jika saya melakukan hal tersebut akan menghasilkan sesuatu yang baik buat saya dan orang lain.
Contoh lainnya, penulis ini menyebutkan lagi. Saat seorang pembeli berdiri untuk waktu yang lama di sebuah toko karena menunggu seseorang melayaninya, sedangkan para penjual sibuk mengobrol di pojok ruangan tanpa menghiraukan pembeli itu. Sekali waktu saat sang pemilik, John Wanamaker kebetulan mengunjungi tokonya, dia memperhatikan hal itu. Namun tanpa berkata apapun pemilik itu masuk lewat pintu belakang kemudian berjalan melewati para penjaga toko tadi, lalu menghampiri pembeli dan melayaninya, memberikan barang yang ia butuhkan kepada penjaga toko agar dibungkus, kemudian menyelinap pergi.
Seperti telah saya sampaikan di atas tadi, bahwa saya jarang sekali bertemu dengan orang-orang seperti ini, bahkan hampir tidak pernah. Dalam kehidupan saya, seringkali saya mendengar celaan, makian, sindiran, dan perkataan yang kasar dan tentu saja menyakitkan, yang mungkin juga akan saya lakukan kepada orang lain jika saya menganggap diri saya selalu benar, dan orang lain-lah yang selalu salah.
Saya katakan hampir, karena saya memang pernah mengalami bertemu dengan seseorang seperti Schwab atau John Wanamaker itu, yang tidak akan mencela atau memarahi saya secara langsung meskipun saya tahu, bahwa sayalah yang bersalah, bahkan saya menjadi sangat malu akibat perbuatan saya itu. Saya memiliki ayah yang seperti demikian. Yang selalu menjadi ingatan saya ketika saat ini saya tidak lagi berada di dekat keluarga, yang membuat saya menyesali perbuatan saya dulu, ketika saya tidak membantu orang tua saya, tatkala saya masih mampu…
Saya tidak tahu, mungkin ayah saya termasuk seorang yang berjiwa besar seperti yang dicontohkan penulis. Seorang yang menurut Dale Carnegie, mampu memberikan kritik terhadap seseorang, tanpa membuat orang lain membenci kita.
Dalam bab-bab lainnya penulis ini pun banyak menguraikan contoh lain perbuatan menyenangkan yang dapat membuat diri kita semakin disukai orang hingga kemudahan pun selalu datang menghampiri kita.
Secara teori, mungkin tulisan ini sangat mudah diresapi dan ditanamkan. Namun dalam kehidupan nyata, rasanya sulit mewujudkan seluruh pesan psikologis yang sangat bermanfaat itu, terkecuali memang sudah menjadi takdir manusia itu mempunyai sifat dasar yang menarik dan menyenangkan bagi semua orang. Tapi, saya tidak merasa rugi mendapatkan tulisan yang sangat baik ini. Menurut saya, dengan membacanya paling tidak membuat pikiran dan hati terasa ringan dan mengurangi beban. Sungguh benar-benar buku yang dapat “mempengaruhi”.
Thanks for the gift, dad ^_^